Senin, 12 Oktober 2015

Budaya Bakar Batu Papua



Budaya Bakar Batu Papua

Pendahuluan
            Bicara mengenai papua sangatlah banyak keanekaragaman budaya dan lain-lain. Misalnya Papua juga dikenal dengan alamnya yang begitu indah dan tidak kalah pula kuliner-kuliner nya yang begitu unik. Papua merupakan pulau terluas no 2 setelah kalimantan. Dan mempunyai bahasa-bahasa suku yang paling terbanyak di indonesia.
            Kita sering mendengar beberapa makanan has dari suku papua seperti papeda, keripik sagu, singkong, dan kasbi. Dan kali ini saya akan menjelaskan salah satu dari sekian banyaknya kegiatan khas suku papua yaitu Bakar Batu. Bakar batu merupakan sebuah kegiatan adat misalnya perkawinan adat, penobatan kepala suku, untuk mengumpulkan prajurit perang dan kelahiran, dalam maksud untuk bersyukur dan bersilahturahim. Kegiatan ini mengumpulkan masyarakat kampung sanak saudara dan kerabat, tradisi bakar batu ini biasa dilaksanakan di daerah-daerah pedalaman atau daerah pegunungan di papua.
            Daerah-daerah yang biasa melakukan tradisi bakar batu ini seperti di Lembah Baliem, Paniai, Nabire, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Dekai, Yahukimo dll. Proses acara Bakar batu ini membutuhkan banyak mama-mama dan kerja sama pria untuk melakukan kegiatan ini agar mendapatkan sebuah rasa kekeluargaan dan kebahagiaan bisa melakukan kerja sama secara bersama-sama.
            Kegiatan bakar batu ini membutuhkan sebuah batu yang lumayan banyak untuk disusun dibawah sebagai dasar untuk menaruh bahan-bahan yang akan di bakar bersama batu. Tapi sebelum itu harus dibuat dulu sebuah perapian sebagai alas penimbul panas dan menyiapkan sebuah lubang untuk melakukan perapian tersebut. Kemudian mama-mama akan memulai menyiapkan lauk-lauk dan lain-lain seperti daging, sayur, singkong atau kasbih dan beberapa daun pisang. Setelah bahan-bahan itu sudah disiapkan kemudian mulailah menaruh potongan-potongan daging dan ditutup dengan daun pisang dan alang-alang, setelah itu mulailah kembali menaruh ubi. Singkong atau kasbih kemudian tutup kembali dengan alang-alang dan daun pisang, kemudian yang terakhir tutup dengan batu kembali dan daun pisang.
            daging yg akan dimasak tidak langsung disembelih, tapi dipanah terlebih dahulu. Bila hewan langsung mati, maka pertanda acara akan sukses, tapi bila tidak langsung mati, maka pertanda acara tidak bakalan sukses. Setelah matang, biasanya setelah dimasak selama 1 jam, semua anggota suku berkumpul dan membagi makanan untuk dimakan bersama di lapangan tengah kampung, sehingga bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan rakyat Papua.
            Hingga saat ini Tradisi Bakar Batu masih terus dilakukan dan berkembang juga untuk digunakan menyambut tamu2 penting yang berkunjung, seperti bupati, gubernur, Presiden dan tamu Penting lainnya. Di sebagian masyarakat pedalaman Papua yg beragama Islam, daging babi diganti dengan daging ayam atau sapi atau kambing, spt di masyarakat adat Walesi di Kab. Jayawijaya.

Teori
            Adat istiadat adalah perilaku budaya dan aturan-aturan yang telah berusaha diterapkan dalam lingkungan masyarakat Yang harus dijaga kelestarinya.

Analisis
            Dari kegiatan bakar batu diatas dapat dilihat bahwa masyarakat papua masih tetap memegang teguh kegiatan tradisional tersebut. Walaupun jaman sudah semakin modern. Masyarakat berharap papua akan menjadi contoh di dunia bahwa secangih apapun dunia mereka akan tetap bertahan dengan keaslian mereka yang begitu mahal dimata dunia.
            Kegiatan bakar batu merupakan kegiatan yang sering dilaksanakan jika ada perayaan dan lain-lain. Kegiatan ini sangat ditungu oleh masyarakat kampung. Karna acara ini bukan hanya sekumpulan orang yang berkumpul tapi juga mencerminkan kekeluargaan yang harmonis.

Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar