Budaya Bakar Batu Papua
Pendahuluan
Bicara mengenai papua sangatlah banyak keanekaragaman budaya dan
lain-lain. Misalnya Papua juga dikenal dengan alamnya yang begitu indah dan
tidak kalah pula kuliner-kuliner nya yang begitu unik. Papua merupakan pulau
terluas no 2 setelah kalimantan. Dan mempunyai bahasa-bahasa suku yang paling
terbanyak di indonesia.
Kita sering
mendengar beberapa makanan has dari suku papua seperti papeda, keripik sagu,
singkong, dan kasbi. Dan kali ini saya akan menjelaskan salah satu dari sekian
banyaknya kegiatan khas suku papua yaitu Bakar Batu. Bakar batu merupakan sebuah
kegiatan adat misalnya perkawinan adat, penobatan kepala suku, untuk
mengumpulkan prajurit perang dan kelahiran, dalam maksud untuk bersyukur dan
bersilahturahim. Kegiatan ini mengumpulkan masyarakat kampung sanak saudara dan
kerabat, tradisi bakar batu ini biasa dilaksanakan di daerah-daerah pedalaman
atau daerah pegunungan di papua.
Daerah-daerah
yang biasa melakukan tradisi bakar batu ini seperti di Lembah Baliem, Paniai, Nabire,
Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Dekai, Yahukimo dll. Proses
acara Bakar batu ini membutuhkan banyak mama-mama dan kerja sama pria untuk
melakukan kegiatan ini agar mendapatkan sebuah rasa kekeluargaan dan kebahagiaan
bisa melakukan kerja sama secara bersama-sama.
Kegiatan
bakar batu ini membutuhkan sebuah batu yang lumayan banyak untuk disusun
dibawah sebagai dasar untuk menaruh bahan-bahan yang akan di bakar bersama
batu. Tapi sebelum itu harus dibuat dulu sebuah perapian sebagai alas penimbul
panas dan menyiapkan sebuah lubang untuk melakukan perapian tersebut. Kemudian
mama-mama akan memulai menyiapkan lauk-lauk dan lain-lain seperti daging,
sayur, singkong atau kasbih dan beberapa daun pisang. Setelah bahan-bahan itu
sudah disiapkan kemudian mulailah menaruh potongan-potongan daging dan ditutup
dengan daun pisang dan alang-alang, setelah itu mulailah kembali menaruh ubi.
Singkong atau kasbih kemudian tutup kembali dengan alang-alang dan daun pisang,
kemudian yang terakhir tutup dengan batu kembali dan daun pisang.
daging yg
akan dimasak tidak langsung disembelih, tapi dipanah terlebih dahulu. Bila
hewan langsung mati, maka pertanda acara akan sukses, tapi bila tidak langsung
mati, maka pertanda acara tidak bakalan sukses. Setelah matang, biasanya
setelah dimasak selama 1 jam, semua anggota suku berkumpul dan membagi makanan
untuk dimakan bersama di lapangan tengah kampung, sehingga bisa mengangkat
solidaritas dan kebersamaan rakyat Papua.
Hingga saat
ini Tradisi Bakar Batu masih terus dilakukan dan berkembang juga untuk
digunakan menyambut tamu2 penting yang berkunjung, seperti bupati, gubernur,
Presiden dan tamu Penting lainnya. Di sebagian masyarakat pedalaman Papua yg
beragama Islam, daging babi diganti dengan daging ayam atau sapi atau kambing,
spt di masyarakat adat Walesi di Kab. Jayawijaya.
Teori
Adat istiadat adalah perilaku budaya dan aturan-aturan
yang telah berusaha diterapkan dalam lingkungan masyarakat Yang harus dijaga
kelestarinya.
Analisis
Dari kegiatan bakar batu diatas dapat dilihat bahwa
masyarakat papua masih tetap memegang teguh kegiatan tradisional tersebut.
Walaupun jaman sudah semakin modern. Masyarakat berharap papua akan menjadi
contoh di dunia bahwa secangih apapun dunia mereka akan tetap bertahan dengan
keaslian mereka yang begitu mahal dimata dunia.
Kegiatan
bakar batu merupakan kegiatan yang sering dilaksanakan jika ada perayaan dan
lain-lain. Kegiatan ini sangat ditungu oleh masyarakat kampung. Karna acara ini
bukan hanya sekumpulan orang yang berkumpul tapi juga mencerminkan kekeluargaan
yang harmonis.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar